Penulis: Syifa Uhayatun Nufus
Editor: Muhammad Dzauhar Azani
Pada saat ini, terjadinya kecelakaan pesawat tidak hanya berdampak pada jatuhnya banyak korban dan juga menimbulkan berbagai kerugian. Hal itu juga berdampak pada pengidap Aerophobia. Dilansir dari hellosehat.com, Aerophobia yang dikenal juga dengan Aviophobia adalah ketakutan untuk naik transportasi udara.
Pada beberapa orang Aerophobia ini disertai juga dengan phobia lain, misalnya Claustrophobia (ketakutan terhadap ruang sempit dan tertutup) atau Acrophobia (ketakutan dengan ruang yang lapang daan terbuka).
Dilansir dari medium.com, orang yang mengidap Aerophobia biasanya merasa sangat ketakutan saat berada di dalam pesawat terbang, atau berada dalam transportasi udara lainnya. Biasanya orang dengan phobia ini akan merasa sangat cemas jika harus naik pesawat terbang bahkan sebisa mungkin menghindari untuk bepergian dengan pesawat.
Aviophobia adalah phobia yang berdasarkan intensitas rasa takut dan panik saat berada dalam pesawat. Jika seseorang merasa panik selama kurang dari 10 menit sejak pesawat lepas landas tidak dikategorikan Aviophobia, hanya panik biasa. Akan tetapi jika intensitas rasa takut dan cemas berlangsung lebih dari 10 menit, maka orang tersebut mengidap Aviophobia.
Gejala Aerophobia diantaranya berkeringat, gelisah, meningkatnya denyut jantung, mual, muntah, serta gangguan pencernaan seperti mulas. Selain gejala fisik, muncul juga gejala psikis, misalnya tidak dapat berpikir jernih, disorientasi, linglung, dan gugup.
Biasanya gejala-gejala itu akan muncul saat sampai di bandara. Ada beberapa orang yang pada awalnya merasa tenang, namun akan mulai panik atau menunjukkan tanda-tanda stress pada saat menunggu jadwal keberangkatan. Orang yang hanya takut naik pesawat tidak menunjukkan gejala fisik seperti muntah, mereka hanya merasa gugup.
Hampir semua orang menggunakan pesawat untuk bepergian, untuk berlibur terutama untuk urusan pekerjaan. Aerophobia ini cukup mengganggu bagi penderitanya, maka dari itu diperlukan penanganan segera.
Dilansir dari womantalk.com, cara menangani Aerophobia yang dapat dilakukan sendiri:
1. Harus mencari tahu apa penyebabnya. Dengan mengetahui penyebabnya, maka rasa takut itu akan dapat dikelola. Contohnya, jika seseorang takut jika pesawat mengalami kecelakaan maka harus mengetahui fakta mengenai perbandingan kecelakaan pesawat dengan kecelakaan lalu lintas. Jika merasa takut dengan berada di ruang yang sempit maka, dapat dicoba dengan duduk di dekat jendela sehingga dapat melihat langit yang luas.
2. Mencari informasi tentang pesawat. Jika sudah mengetahui semua fakta tentang pesawat, maka akan mengurangi kecemasan, karena pemikiran buruk tentang pesawat tidak terbukti.
3. Mengetahui cara menenangkan diri. Melakukan hal-hal yang disukai, misalnya dengan memeluk boneka kesayangan. Hal itu dapat mengurangi ketakutan saat berada di dalam pesawat.
4. Melakukan secara perlahan. Mencoba bepergian dengan pesawat, bisa dimulai dengan jarak yang cukup dekat .
Dilansir dari m.cnnindonesia.com, diketahui bahwa berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Peneliti Time yang menganalisis seluruh bagian pesawat terbang dan posisi barisan tempat duduk penumpang dari 17 kecelakaan pesawat yang terjadi di tahun 1980, posisi tempat duduk di dalam pesawat ternyata bisa mempengaruhi tingkat keamanan penumpang.
Hasil penelitiannya, penumpang atau awak yang duduk di bagian depan pesawat memiliki 38 % kemungkinan kematian. Pada bagian sayap atau tengah pesawat, penumpang dapat mengalami kemungkinan kematian sebesar 39%. Sementara pada bagian belakang pesawat sebesar 32%. Angka tersebut menunjukan bahwa kemungkinan penumpang pesawat dapat bertahan hidup lebih besar ketika duduk di bagian belakang pesawat.
Jadi, hasil penelitian itu bisa dijadikan salah satu cara untuk mengatasi Aerophobia. Dengan mencoba duduk dibagian belakang pesawat, mensugesti diri sendiri agar merasa tidak takut mengenai kecelakaan pesawat.
Comments