Batik sebagai produk budaya masa lalu, lahir dari rahim lingkungan kerajaan. Banyak motif yang terdapat dalam batik yang merupakan representasi keraton. Kain batik bisa disebut sebagai pakaiannya raja, keluarga kerajaan dan priyayi
Batik yang sering kita kenakan dalam kegiatan formal maupun non-formal ini telah menjadi bagian warisan leluhur yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini. Perkembangan kain batik yang berasal dari industri kecil-menengah yang dilakukan di rumah pembatik atau boutique batik kini telah merambah dan bermetamorfosis ke dalam suatu industri modern yang memiliki kapasitas produksi mencapai ratusan hingga ribuan potong pakaian atau lembar kain batik per harinya. Fantastic bukan?
Batik juga beken dan dikenal sebagai kain Nusantara. Penamaan ini relevan karena hampir sebagian besar wilayah di Indonesia memiliki ciri khas tersendiri, baik dalam motifnya maupun model batik yang mereka kembangkan.
Batik bukan lagi menjadi industri pakaian yang memiliki pangsa pasar lokal maupun regional, dewasa ini kain batik telah merambah pangsa pasar global. Keren! Bahkan saat ini batik terus menunjukkan peningkatan dalam jumlah atau kuantitas peminatnya, bahkan menjadi trend lho! Bukan hanya berasal dari warga lokal saja, tren batik ini juga dimeriahkan oleh warga mancanegara. Dari segi jumlah peminat, dari tahun ke tahun, peminat batik ini terus meningkat. Orang-orang yang pernah melakukan perjalanan bisnis atau liburan ke Indonesia menjadikan batik sebagai oleh-oleh wajib.
Tentunya, wisatawan mancanegara menjadi sumber yang sangat penting untuk membantu para pengusaha batik di Nusantara, serta mendorong tingkat kreativitas mereka agar menghasilkan kain batik yang sesuai dengan permintaan dunia. Semakin variatifnya batik ini juga dilatarbelakangi oleh bermunculannya desainer-desainer lokal yang membuat model dari kain batik. Tak dapat dipungkiri, berkat usaha dan kerja keras mereka (baca: desainer) kain batik jadi go international .
Tradisi membatik ini telah hidup sejak zaman kerajaan-kerajaan tradisional di Nusantara. Khususnya berasal dari lingkungan keraton di Pulau Jawa. Contohnya Kasunan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, Mangkunegaraan, dan Pakualaman.
Sudah cukup tua juga ya, guys!
Mungkin tidak aneh masyarakat Indonesia mengenakan baju batik sepanjang tahun. Namun hal ini akan terlihat menarik jika kita melihat kebiasaan masyarakat Denmark. Negara yang berpenduduk ± 5.000.000 juta jiwa ini, masyarakatnya banyak yang menyukai batik sebagai pakaian dimusim panas.
Gaya pakaian masyarakat Denmark cenderung simpel dan tidak kaku. Berbanding terbalik dengan gaya berpakaian masyarakat Prancis yang terkenal sebagai masyarakat yang memiliki selera fashion yang mewah dan elegan.
Bila ditilik dari mode atau desain pakaian yang kerap dipakai oleh masyarakat Denmark, hal tersebut menandakan selera berpakaian mereka juga tidak bisa dipandang sebelah mata, karena mereka punya berbagai macam pakaian untuk lima musim yang berbeda dalam lemari pakaian mereka
Comments