top of page
Writer's pictureGenius Media

BTS dan perubahan Stigma Buruk Terhadap K-Pop

Oleh: Siti Tania Arfadila

Editor: M. Dzauhar

Penampilan BTS dalam Konser BTS Wingstour di Jakarta 29 April 2017 lalu (Sumber: IME Indonesia)

Pengumuman akan masa vakumnya Boy Group BTS selama 2 bulan mengejutkan banyak pihak. Selain menjadi hal baru dalam peraturan sebuah agensi, tentunya hal ini mengubah stigma buruk orang-orang akan kerasnya industri hiburan Korea.


BTS atau Bangtan Seonyeondan memang dikenal sebagai Boy Group yang selalu memberi kejutan buat penggemar nya. Dari mulai merilis 2 film dokumenter (Burn The Stage dan Bring The Soul), merilis komik Webtoon berjudul Save Me, hingga teori rumit di balik lagu-lagu nya. Selain melalui karya seni nya, BTS juga memberi kejutan bagi penggemarnya dengan membawa pulang 2 tropi pada Billboard Music Award 2019 sebagai Top Social Artist dan Top Duo/Group.


Hal ini menjadikan nya sebagai group K-Pop pertama yang berhasil meraih award di ajang BBMAs. Setahun yang lalu, BTS juga terpilih sebagai Ambassador UNICEF untuk kampanye Love Your self dan End Violence. Dalam pidato sang leader yaitu Namjoon pada sidang tahunan majelis PBB mengatakan, "mungkin saya membuat kesalahan kemarin, tapi diri saya yang kemarin tetaplah saya. Esok mungkin saya akan sedikit lebih bijaksana, dan itu juga diri saya. Saya telah sadar untuk mencintai diri saya sebagaimana saya dulu, saat ini, dan saya di masa depan".


Kesuksesan BTS tentunya tak lepas dari konsistensi nya dalam menyuarakan isu sosial dan psikologis dalam budaya K-Pop. Korean Pop atau K-Pop memang tengah digandrungi oleh remaja dan orang dewasa di belahan dunia. Gelombang Hallyu seolah-olah mampu memabukkan siapapun yang mendengar nya.


Namun sayangnya, di negara asalnya Korea Selatan, K-Pop justru tidak begitu dihargai. Agensi yang menaungi K-Pop yang akhirnya membuat nya dikenal sebagai eksploitasi manusia. Di mana manusia yang dilabeli "budak kontrak" ini harus berada dalam tekanan peraturan yang ketat, kontrak jangka panjang serta beban hutang setelah debut.

Personel Boy Grop BTS berpose dengan Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta H. Fore (Sumber: UNICEF)

Agensi yang menaungi nya pun hanya memperlakukan artis nya bak sebuah robot demi mengejar materi dan peruntungan semata. Hadirnya BTS, dikenal akan K-Pop generasi kedua diyakini sebagai gebrakan baru dalam industri group K-Pop.


Melalui lagu-lagu nya, BTS menyuarakan berbagai macam keresahan nya selaras dengan isu sosial yang terjadi di negara nya. Dari mulai kritik akan sistem pendidikan di Korea Selatan,feminisme, stigma LGBT, hingga isu kesehatan mental. Dibalik karya nya yang hebat tersebut, semula tak lepas dari peran sang leader yang banyak mendapatkan inspirasi melalui buku - buku yang dibaca nya.


Buku-buku berjudul Demian, Walden bahkan Map of The Soul karya Dr. Murray Stein menjadi referensi atas tercipta nya lagu-lagu BTS tersebut. Tidak berhenti sampai di situ, dengan sepatutnya menikmati popularitas nya sebagai artis yang tengah naik daun, justru BTS menyampaikan keresahan nya melalui lagu terbaru Boy With Luv yang memiliki makna agar mereka tidak terlena akan banyaknya penghargaan yang mereka terima hingga membuatnya terbang jauh.


Dan lagi, hadir nya BTS menjadi sebuah anugerah serta rasa syukur bagi setiap orang. Kisah-kisah di dalam BTS yang sangat manusiawi dinilai lumrah terjadi hingga menjadi inspirasi banyak individu. Dari BTS, kita bisa belajar untuk kembali memaknai pentingnya mencintai diri sendiri.

21 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page