Penulis: Tina Safta Martiana
Istilah feminisme pertama kali diperkenalkan oleh aktivis Sosialis Utopis, Charles Fourier pada
tahun 1837. Feminisme mulai timbul pada abad ke-18 di Eropa, tepatnya di Perancis yang
didorong oleh ideology pencerahan (Aufklarung) yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley
Montagu dan Marquis de Condorcet, yang menekankan pentingnya peran rasio dalam mencapai
kebenaran.
Feminisme berasal dari bahasa latin “femina”, yang artinya memiliki sifat keperempuanan. Selain itu, Feminisme dapat diartikan gerakan yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. (W.J.S. Poerardaminta. 1967. Kamus Umum
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka)
Latar belakang dan Sejarah
Menurut Waithe, sejak tahun 600-500 SM, karya-karya filsafat perempuan Yunani telah muncul, penulisnya seperti Themistoclea, Theano I dan II, Arignote, Aesara, Phintys, Perictione I dan II, Aspasia, Makrina, Hipatia, Arete, Cleobullina, Axiothea, Julia Domma, Mary Wallstoneccraft. Pada abad 17, Anna Maria Schurman buku tentang pendidikan. Mengapa nama-nama filusuf perempuan tersebut sangat jarang muncul ke permukaan? Di sinilah, nampaknya ada peminggiran terhadap filusuf-filusuf perempuan. (Gadis Ariva, 2002. Pembongkaran Wacana Seksis Filsafat Menuju Filsafat berperspektif Feminism, (Disertasi Fakultas iIlmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia).
Feminisme di Indonesia
Feminisme di Indonesia disebut-sebut ada sejak era Kartini, padahal, sebelum era Kartini telah ada gerakan-gerakan yang melibatkan perempuan. Menurut saya, gerakan feminis dimulai sejak berkobarnya Perang Aceh tahun 1804, yaitu ketika Teuku Umar sebagai pemimpin rakyat Aceh tewas ditembak Kolonial. Mulai saat itu, Cut Njak Dhien mengambil alih kepemimpinan. Ia bergerak sebagai pemimpin dan memegang tambuk kepemimpinan rakyat Aceh, sebagai tokoh sekaligus orang yang mengawali gerakan feminis pertama kalinya di Indonesia (masa itu nama Indonesia masih Hindia Belanda).
Feminisme Era Kartini
Feminisme Kartini adalah sebuah sintesis dari patriarki dan feminisme Barat, yang diperkenalkan di Hindia Belanda sebagai sebuah oposisi budaya dan otoritas politik terhadap penindasan secara sistematis kepada kaum perempuan. Tuntutan: agar perempuan memperoleh pendidikan yang memadai, menaikkan derajat perempuan yang kurang dihargai pada masyarakat Jawa, dan kebebasan dalam berpendapat dan mengeluarkan pikiran
(http://www.kompasiana.com/www.jerryindrawan.wordpr
ess.com/feminisme-kartini_552a3d1bf17e61676fd624b2)
Dampak Feminisme Dalam Kehidupan Masyarakat
Feminis Liberal: melingkupi aktivitas dan analis politik dan penguatan perwakilan wanita di ruang-ruang publik. Gambar di samping menunjukkan adanya gerakan perempuan dalam partai politik dan pemerintahan. Indonesia jauh lebih cepat mengalami feminisme dibandingkan Amerika Serikat, sebab Indonesia lebih dulu memiliki Presiden perempuan dibandingkan Amerika. Ini adalah bukti nyata bahwa feminisme memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mendapat tempat dan posisi yang setara dengan laik-laki.
Feminis Radikal: lahir dari aktivitas dan analis politik mengenai hak-hak sipil dan gerakan-gerakan perubahan sosial yang menganjurkan kemandirian perempuan dalam bidang Ekonomi. Gambar di samping menunjukkan adanya kemandirian perempuan dalam bidang ekonomi, walaupun jenis pekerjaan yang ia jalani tidak lazim bagi perempuan.
Ekofeminisme: Impelentasi teori feminisme ini Ekofeminisme bertujuan untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan. Ragam ini berupaya memberikan kesadaran pada perempuan dan berhak untuk mengaktualisasikannya dimanapun ia berada termasuk dalam dunia maskulin. Gambar di samping menunjukkan masuknya perempuan dalam dunia maskulin, bukan hanya dari peranannya, namun juga gaya rambut dan cara berpakaian. Fenomena ini sering terjadi di masyarakat. (Dadang Ansori. 1997. Membincangkan Feminisme. Bandung: Pustaka Hidayah).
Comments