top of page
Writer's pictureGenius Media

Rhytm 0: Eksperimen Psikologi Paling Fenomenal

Oleh: Siti Tania Arfadila

Editor: M. Dzauhar

Salah Satu Potongan Video Eksperimen Rhytm 0 (Sumber: Youtube Channel Ill Sapere)

Di dunia ini ada banyak hal-hal menakjubkan yang bisa dinikmati semua makhluk hidup. Baik hal yang membawa kebaikan ataupun keburukan. Namun, banyak juga sisi tersembunyi yang membuat manusia penasaran dibuat nya.


Dan tidak sedikit yang mencoba melakukan berbagai eksperimen untuk menjawab rasa penasaran tersebut. Dari mulai eksperimen dalam dunia Sains, Teknologi sampai Sosial. Selain itu, beberapa eksperimen menakjubkan juga bisa ditemui dalam dunia Psikologi.


Sebut saja Lucifer Effect (sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Philip Zimbardo pada tahun 1971 untuk melihat bagaimana efek psikologis yang muncul apabila seseorang menjadi sipir atau tahanan), Pygmalion Effect (eksperimen oleh Robert Rosenthal, untuk meneliti efek dari ekspektasi guru terhadap muridnya) , Learned Helpness (eksperimen oleh Martin Seligman dan Steven F Maier pada tahun 1967) dan masih banyak lagi.


Namun, dari sekian banyak eksperimen psikologi yang pernah dilakukan, ada satu eksperimen paling fenomenal sekaligus menakutkan. Eksperimen yang dilakukan atas dasar inisiatif Marina Abramovich, seorang artis sekaligus pekerja seni asal Serbia pada tahun 1974.


Eksperimen ini dikenal dengan istilah Rhytm 0. Sebuah eksperimen paling fenomenal dengan membutuhkan waktu hanya beberapa jam untuk menyingkap sisi gelap dan paling buruk dari manusia.


Ketika Kekuasaan Tanpa Batas Dipertunjukkan


Sebelumnya, Marina akan menyediakan berbagai jenis benda dan material untuk kemudian diletakkan di atas meja. Benda-benda tersebut yang nanti nya akan menjadi pilihan bagi orang-orang yang datang untuk menonton pertunjukan tersebut. Adapun benda yang tersedia mulai dari bunga hingga brownies, coklat, pisau hingga rantai. Bahkan tersedia juga peluru dan senjata.


Pengunjung memiliki kebebasan untuk memilih benda manapun yang akan digunakan pada tubuh Marina. Semua penonton bebas melakukan apapun dengan benda tersebut sesuka mereka. Marina akan tetap berdiri stabil dengan waktu yang tersedia selama 6 jam (dari jam 8 pagi hingga 2 siang) tanpa melakukan penyerangan ketika penonton melakukan aksi nya.

Penonton Eksperimen Rhytm 0 Tengah Memilih Benda-Benda yang Bebas Dipilih (Sumber: Vimeo Webvitalli)

Selama pertunjukan, Marina akan terlihat sama pasifnya dengan objek mati. Tujuannya adalah untuk memaksakan dirinya menjadi sebuah karya seni yang hidup. Namun dia tidak menyadari bahwa uji coba ini akan berubah menjadi salah satu hari terburuk dalam hidupnya.


Pada awal pertunjukan, satu persatu orang maju menghampiri Marina dengan aksi yang baik. Beberapa memberi nya bunga mawar, memberinya makan dengan kue, beberapa membelai rambut nya, bahkan mengajak nya berjabat tangan.


Dari Beradab Jadi Tidak Beradab


Namun seiring berjalannya waktu dan pertunjukan berjalan semakin lama, aura pertunjukan mulai berubah. Pertama, salah satu penonton menampar wajah Marina dengan tamparan ringan. Menyadari bahwa Marina tidak bereaksi, beberapa orang mulai memukul nya dengan lebih kuat.


Orang yang tadinya memberi dia mawar dan menjabat tangannya mulai menunjukan kecenderungan untuk melakukan kekerasan saat dia menyadari bahwa Marina benar-benar hanya menunjukkan sikap diam. Tapi tidak hanya sampai di sana, salah seorang penonton mengambil pistol dan menaruhnya di dahi wanita tersebut.

Marina Ditodong Pistol Oleh Penonton Dalam Eksperimen Rhythm 0 (Sumber: Boing-Boing)

Kemudian dia meletakan pistol di tangan Marina dengan posisi moncong pistol mengarah ke leher Marina. Setelah itu pelecehan dimulai. Beberapa orang meremas payudara wanita muda tersebut, beberapa mencium atau meludahinya. Pada akhirnya seorang penonton menggunting bajunya dan membiarkan dia telanjang.


Tetapi mereka masih tidak puas. Salah satu dari mereka menggores perut Marina dengan pisau dan tindakannya memicu yang lainnya. Mereka menumpahkan darahnya berkali-kali. Bahkan ada yang mengisap darahnya. Kemudian mereka menggendong wanita tersebut seperti boneka. Sementara Marina bahkan meneteskan air mata nya hingga menangis namun banyak orang yang bersikeras untuk tetap menjadikan ia sebagai objek mereka.


Klimaks dari Eksperimen Fenomenal


Kemudian salah satu wanita maju dari kerumunan lalu menyeka air mata dan memeluk wanita tersebut. Mereka membersihkan luka di badannya sementara yang lain memakaikan baju.Menariknya, ketika waktu yang tersedia habis, dan Marina mulai bergerak, para pelaku kekerasan melarikan diri ketakutan.


Sulit rasanya menerima Marina kembali sebagai seorang manusia setelah melihatnya sebagai objek dalam waktu beberapa lama.Setelah penampilan usai, Marina mendapati banyak rambut putih tumbuh di kepalanya.

Marina Abramovic 2016 (Sumber: The Culture Trip)

Inilah yang terjadi jika manusia dihadapkan oleh kekuasaan tanpa batas dan konsekuensi. Apalagi jika target kekuasaan itu adalah manusia lagi, terutama wanita. Inilah seberapa keji sisi gelap manusia. Dari eksperimen ini dapat dihasilkan kesimpulan untuk menunjukan kepada kita bagaimana mayoritas orang dapat dengan mudah mengeluarkan sisi jahat dari dalam dirinya dengan dorongan dari satu sama lain.


Eksperimen ini juga menunjukan apa efek yang terjadi jika kita tidak mampu menunjukan keberanian dan solidaritas kita (atau terlambat menunjukannya).

1,507 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page