Penulis: Siti Lilik Nur Rohmah
Editor: Audry Maulidia Fitri
“Uang adalah penentu kebahagiaan !” Siapa yang tak mengenal pepatah tersebut ? atau seorang yang mengatakan “Waktu adalah uang” hampir semua orang dibelahan bumi manapun membutuhkan uang. Bahkan rela melakukan apapun untuk mendapatkan banyak uang. Setiap hari taka da yang dicari selain menimbun kekayaan dengan memperkaya diri. Bahkan setiap persoalan yang berkaitan dengan uang akan menjadi persoalan yang sangat vital.
Bukan hanya uang tentunya, semua hal yang berkaitan dengan harta baik berupa emas, perhiasan, tanah, barang-barang mewah lain dapat membutakan siapa saja. Pernahkah kalian berfikir dapatkah kalian bahagia tanpa uang ? tanpa teknologi ? tanpa barang mewah ? nampaknya hampir sebagian besar dari kita tentu akan mengatakan TIDAK. Namun, percayakah kalian bahwa diluar sana ada secuil Negara yang hidup bahagia tanpa uang, teknologi dan barang mewah lain?
“Rakyat butuh untuk dipenuhi dulu kebutuhan pokok mereka, yaitu bahan makanan yang cukup, tempat tinggal yang layak, dan layanan kesehatan memadai tanpa pengecualian. Bila itu semua telah dipenuhi, hal ini telah membuat mereka bahagia.
Di tengah kondisi dunia yang semakin tidak damai ini, mengukur kebahagiaan tidak dengan materi seperti yang kami lakukan ternyata justru memberikan ketenangan batin bagi rakyat Bhutan.
'Di atas kertas, kami memang tidak makmur, namun rakyat yang bahagia adalah ukuran kemakmuran bagi kami,” jelas Perdana Menteri Tshering Tobgay (PM Bhutan). Bhutan bahkan menjadi kandidat Negara termiskin didunia dan memiliki banyak hutang.
Meskipun mendapatkan nominasi sebagai Negara termiskin didunia dengan peringkat IPM 132/182 dengan hutang Negara sebesar 65% dari PDB dan juga pendapatan perkapitanya hanya mencapai 4% dari Amerika Serikat. Bisa dibayangkan betapa miskinnya Negara tersebut. Namun, sungguh salah apabila kita menganggap Negara Bhutan akan sangat menderita karena dililit oleh krisis ekonomi tersebut. Pada dasarnya Negara Bhutan ini bahkan dikategorikan sebagai “Negara paling Bahagia di dunia”.
Hal ini dikarenakan penuturan raja Bhutan (Raja Jigme Singye Wangchuck) pada 1979 yang menggemparkan dunia, “Kami tidak percaya akan Produk Nasional Bruto (pendapatan total ekonomi suatu negara selama satu tahun). Kebahagiaan nasional lebih penting buat kami.”
Comments