top of page
Writer's pictureGenius Media

Blackface: Antara Amerika dan Indonesia

Oleh: M. Dzauhar Azani

Sosok Jimmy Kimmel, pembawa acara talkshow yang barubaru ini viral akibat akting Blackfacenya (Sumber: The Hill)

Penulis baru-baru ini cukup terkejut dengan viralnya Jimmy Kimmel seorang komedian dan pembawa acara talkshow di Amerika Serikat yang seringkali penulis tonton videonya, ternyata tersangkut oleh aktingnya sebagai pemain basket Karl Malone dan pembawa acara Oprah Winfrey yang keduanya Afrika-Amerika.


Akting Jimmy dianggap melakukan blackface yang saat ini menjadi salah satu tindakan rasisme terhadap golongan Afrika-Amerika. Sebelum Jimmy, pembawa acara talkshow Amerika Serikat Jimmy Fallon dan bahkan Perdana Menteri Kanada saat ini Justin Trudeau ramai dituduh pernah melakukan blackface.


Seputar Blackface


Menurut John Strausbaugh dalam buku Blackface, Whiteface, Insult & Imitation in American Popular Culture (2006), blackface di Amerika Serikat berawal dari tradisi orang-orang kulit putih kelas buruh yang sengaja menghitamkan kulit mereka sekitar abad ke-18.


Mereka berlaku demikian karena tinggal satu lingkungan dan golongan pekerja dengan Afrika-Amerika Serikat saat itu. Blackface menjadi sebuah sinyal bahwa kulit putih (Eropa) setara dengan kulit hitam (Afrika-Amerika).


Tetapi setelah berakhirnya Perang Sipil Amerika Serikat dan dihapuskannya perbudakan terhadap Afrika-Amerika, blackface jadi ajang pelampiasan bagi orang kulit putih yang merasa kecewa dan dirugikan akibat dihapuskannya perbudakan.


Blackface lalu digunakan sebagai penggambaran stereotip orang Afrika-Amerika yang seolah dianggap pemalas, hiperseksual, percaya takhayul, dan bodoh. Biasanya mereka menghitamkan diri menggunakan semir sepatu di sekujur tubuh, tapi di sekitar bibir dibiarkan tetap agak terang atau diberi warna merah terang.

Poster pertunjukan teater yang menampilkan Blackface sekitar akhir abad ke-19 di Amerika Serikat (Sumber: Wikimedia)

Praktik ini berawal dari pertunjungan teater, lalu mulai semakin terlihat di film-film Hollywood. Salah satunya yang pernah penulis lihat melalui animasi Looney Tunes dan Tom and Jerry.


Ketika Gerakan Hak-hak Sipil Afrika-Amerika meningkat di Amerika Serikat sekitar 1950-1960an, anggapan praktik ini sebagai salah satu bentuk rasisme semakin meningkat dan akhirnya kuat. Meski demikian, blackface masih saja terlihat di beberapa film holywood di awal abad ke-21.


Sebut saja Film Tropic Thunder yang mana didalamnya terdapat Robert Downey Jr berperan sebagai Kirk Lazarus yang sebagian besar scene-nya berperan sebagai orang Afrika-Amerika dalam tentara Amerika Serikat kala Perang Vietnam.


Blackface di Indonesia


Di Amerika Serikat ada alasan logis mengapa praktik ini dianggap salah satu bentuk rasisme, mengingat golongan Afrika-Amerika telah sekian lama mengalami tindakan rasisme lain yang lebih parah dari itu dan tak jarang berujung pada kematian mereka.


Sedangkan di Indonesia menurut pengalaman penulis menelusuri rekam jejak dunia hiburan, praktik ini ada tetapi tidak dianggap sebagai bentuk rasisme. Selain bagi masyarakat hal tersebut hanya usaha menimbulkan daya tarik penonton tanpa merendahkan ras tertentu, mungkin pengetahuan akan kesan praktik ini kurang.

Sosok Mama Ana (Baju biru berompi jeans) yang diperankan oleh Tika Panggabean dalam film Red Cobex sekitar tahun 2011 (Sumber: Tentang Sinopsis)

Mulai dari Tio Pakusadewo yang berperan sebagai orang timur Indonesia tangan kanan gangster dalam film Quickie Express (2007), Tika Panggabean yang berperan sebagai Mama Ana asal Ambon dalam film Red Cobex (2010), Aziz Gagap dalam acara Opera van Java tanggal 7 Agustus 2018 dan 17 Juni 2019, hingga Atta Halilintar dalam video berjudul Prank Gembel di Youtube.


Tidak ada tanggapan rasisme, bukan berarti praktik ini dibiarkan begitu saja, mengingat 2019 lalu isu rasisme terhadap etnis Papua mulai terangkat dan akhirnya semakin sering dibahas sampai saat ini lewat diskusi maupun opini.


Praktik yang sudah terjadi biarkan jadi pelajaran agar tidak lagi sembarangan menggunakan blackface demi terwujudnya persatuan suku dan bangsa di negeri ini yang kerap digoyang oleh stereotip dan generalisasi.


Bagi yang mungkin baru menyadari hal ini dan hendak melakukan tanggapan, lebih baik utamakan berdialog dengan kepala dingin. Bukan berarti tidak bernyali, tapi alangkah baiknya menyelasaikan maslah tanpa menimbulkan masalah baru.

24 views0 comments

Comments


bottom of page