top of page
Writer's pictureGenius Media

Circle Minimalist Dalam Gaya Hidup Masa Kini

Oleh: Siti Tania Arfadila

Editor: M. Dzauhar

Potret Raditya Dika, salah seorang figur publik yang menerapkan konsep minimalis dalam kehidupannya (Sumber: Dream)

Barangkali kita sering mendengar atau melihat sebuah quotes pendek yang bertuliskan, "Quality not Quantity". Terdengar sederhana, bukan? Seperti itulah kira-kira ilustrasi yang tepat atas representatif gaya hidup minimalist yang banyak di giatkan generasi sekarang. Beberapa influencer dan public figure terkenal pun juga menjadikan minimalisme sebagai pilihan hidupnya kini.


Sebut saja Fathia Izzati (soloist indie dan youtuber), Raditya Dika (penulis dan komika) serta Tammy Abraham (pemain sepak bola dari klub Chelsea F. C). Tidak hanya gaya hidup minimalis saja yang menjadi trend, bahkan gaya rumah minimalis pun nampaknya dianggap sebagai rumah impian masa depan generasi milenial.


Gaya rumah minimalis dicitrakan sesuai dengan gaya hidup masyarakat Zaman Kiwari yang cenderung tidak menyukai hal-hal yang dianggap merepotkan dan lebih menyukai sesuatu yang praktis, ringan, dan sederhana.


Arti Sejati Minimalis


Minimalisme tidak sama dengan Asketisme. Sering orang salah mengartikan di antara kedua faham tersebut. Merujuk dari kamus Merriam-Webster, "minimalisme adalah suatu gaya atau teknik (dalam musik, literatur, atau desain) yang ditandai dengan kesederhanaan bahkan sangat sederhana. "


Sedangkan definisi Asketisme berdasarkan kamus Merriam-Webster adalah praktik penyangkalan diri yang ketat sebagai tolok ukur disiplin diri, terutama aspek spritual. Jika menafsirkan definisi dari keduanya, baik minimalisme maupun asketisme memiliki output yang sama, yakni hidup sederhana.


Namun, hal utama yang membedakan nya adalah motifnya. Sayangnya, dewasa ini definisi minimalisme masih keliru di kalangan masyarakat. Minimalisme bukanlah gaya hidup untuk lebih sedikit memiliki melainkan lebih banyak memiliki hal atau barang yang mempunyai esensi dan manfaat dalam kehidupan. Menyingkirkan barang mungkin bisa menjadi batu loncatan agar hidup lebih tertata, namun itu bukanlah sebagai tujuan utama.

Fumio Sasaki dan Rumahnya yang Minimalis (Sumber: The Times)

Menurut Fumio Sasaki dalam buku nya Good Bye, Things. Minimalism On Living, hidup sebagai minimalis dengan hanya barang paling pokok yang kita perlukan tidak hanya memberi manfaat sebatas permukaan ruang yang rapi atau kemudahan membersihkan rumah, tapi juga menciptakan perubahan yang mendasar. Hidup minimalis memberinya kesempatan untuk merenungi arti bahagia.


Referensi buku seperti Good Bye, Things. Minimalism On Living (Fumio Sasaki), Seni Hidup Minimalis (Francine Jay), The Life Changing Magic Of Tidying Up (Marie Kondo), Hidup Sederhana Hadir Di Sini Dan Saat Ini (Desi Anwar) serta Make Space: A Minimalist Guide To The Good And The Extraordinary (Regina Wong) bisa menjadi pilihan sebagai partner pemandu untuk memulai langkah awal sebagai seorang minimalisme.


Kisah Minimalis Tammy Abraham


Ada kisah menarik dari seorang Tammy Abraham yang memutuskan untuk hidup secara minimalis. Langkah awal yang ia tempuh adalah beberes atau rapi-rapi barang. Ternyata proses beberes tidak semulus yang ia bayangkan. Menyeleksi barang yang akan disingkirkan selain menguras tenaga juga menguras perasaannya. Semua barang tampak sentimental, sekalipun ia paham itu tak esensial.

Potret Tammy Abraham dengan Baju Klub Sepakbola Chelsea (Sumber: Skysports)

Suatu hari, secara tidak sengaja ia menemukan tas kulit messenger edisi terbaru dari jenama favoritnya. Sebagai pecinta leathergoods, jiwa konsumtif nya mulai bergejolak. Kemudian ia membuat peraturan bagi dirinya sendiri untuk memberi waktu tunggu belanja selama satu minggu. Jika seminggu kemudian dia sudah tak menginginkannya, berarti dia tidak memerlukannya.


Dari kisah Tammy Abraham, mungkin bisa menjadi inspirasi serta batu sandungan dari penerapan hidup minimalis. Sederhana nya, hidup minimalis memiliki 3 prinsip utama yakni declutter (membuang atau menghapus hal yang tidak penting) value (bernilai), dan meaningful (bermakna).


Dari tiga istilah ini, dapat dipelajari bahwasanya untuk memulai hidup minimalis, kita bisa memulai dengan membuang hal yang tidak memberi nilai di kehidupan anda untuk memiliki hidup yang lebih bermakna. Selain menjadi salah satu bentuk self-care, memilih hidup minimalis berarti satu langkah menjadi pribadi yang sehat mental.


Sebuah penelitian menunjukan bahwa orang-orang materialis yang memiliki tingkat konsumsi serta kepemilikan barang yang tinggi cenderung mengalami gangguan psikologis seperti insecure, overthinking, tidak puas pada hidup, relasi dan buruknya suasana hati.


Jadi bagaimana? Apakah kalian tertarik dengan gaya hidup minimalis? Silakan mencoba!

47 views0 comments

Recent Posts

See All

댓글


bottom of page