Penulis: Muqtarib
Editor: Rafidah Alta Nefi
Sepak terjang hoaks dalam dunia politik praktis di Indonesia memang sudah menjamur. Pertarungan sengit antara dua kubu yang berbeda pandangan menjadi sebab menjamurnya fenomena ini. Banyak informasi bohong dan palsu yang disampaikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Jika dilihat dari alur waktu perpolitikan Indonesia sejak 2014 silam, Hoaks adalah senjata yang paling “murah” dan praktis untuk mempengaruhi pandangan politik seseorang. Penyebaran hoaks ini bahkan bisa mempengaruhi elektabilitas politik dari seorang tokoh politik.
Internet menjadi ladang yang subur bagi pertumbuhan dan penyebaran hoaks. Sejauh ini sudah ada beberapa fanpage, situs, grup media sosial, atau media daring yang disinyalir memegang peranan penting dalam penyebaran berita bohong dalam dunia perpolitikan. Contohnya seperti fanpage Kata Kita, dan grup media sosial Muslim Cyber Army (MCA).
Dilihat dari hoaks yang berderar di masyarakat, hampir semuanya didasari atas ujaran kebencian atau hate speech. Jika hoaks adalah senjata, maka hate speech sebagai pelurunya. Dua hal tersebut menjadi sangat berbahaya jika ditelan mentah-mentah oleh masyarakat kita, apalagi sekarang adalah tahun berlangsungnya pesta demokrasi.
Hate Speech tersebut biasanya dikemas dalam bentuk narasi, gambar/foto, video, dan meme. Kontennya rata-rata ialah penyerangan dari satu kubu politik tertentu terhadap kubu politik lawannya. Terdapat pula memuat konten sara dan pencemaran nama baik. Bahkan ada beberapa hoaks yang isinya bukan tentang politik tetapi dikaitkan dengan politik, dan tentu saja tujuannya untuk menjatuhkan salah satu pihak.
Menurut Menkominfo Rudiantara dari Agustus 2018 sampai dengan Februari 2019 sudah ada sekitar 771 hoax yang beredar, dan jumlahnya semakin meningkat setiap bulan. Dalam suatu kesempatan beliau mengatakan, "Hoax itu isinya apa? Paling banyak politik, 23 persen atau 181 (hoax), pemerintah ada 119. Jangan lah kita pesta politik (pemilu) tapi kelakuannya tidak seperti pesta politik".
Hoaks dan hate speech akan terus menjamur karena banyak dari masyarakat kita masih belum teredukasi dalam hal tersebut. Edukasi kepada masyarakat sangatlah penting mengingat dampak dari hoaks ini sangat besar dan tidak pandang usia. Orang tua, remaja, dan anak-anak tidak akan luput dari dampak hoaks dan hate speech tersebut.
Sudah ada beberapa oknum atau pelaku yang dijerat dengan pasal diatas dan dikenakan sanksi pidana karenanya, seperti jaringan MCA sudah dibekuk oleh polisi beberapa waktu lalu. Namun dalam pelaksanaannya, pelaku yang ditangkap hanya sebagian kecil saja. Karena diluar sana masih banyak individu atau kelompok-kelompok kecil yang pergerakannya masih belum bisa ditindak lanjuti oleh aparat penegak hukum.
Maka selain melakukan penagkapan terhadap pelaku penyebar hoaks, pemerintah juga mengusahakan proses edukasi terhadap masyarakat dalam menyikapi munculnya hoaks melalui internet dan prasarana lainnya. Tetapi untuk memaksimalkan hal tersebut pemerintah harus lebih intensif membuat program edukasi kepada masyarakat terkait dampak buruk hoaks dan hate speech. Selain itu aparat dan masyarakat harus bisa bekerja sama untuk mengurangi atau menghapuskan penyebaran hoaks dan hate speech sehingga dampak buruknya bisa ditekan.
Comments