top of page
Writer's pictureGenius Media

Katakan Persetan dengan Keluarga Cemara

Oleh: Tania

Potret para pemeran Sinetron (Sebelah Kiri) dan Film (Seberlah kanan) Keluarga Cemara (Sumber: Liputan6.com)

"Harta yang paling berharga adalah keluarga", begitulah kira-kira cuplikan lagu dari sinetron legendaris era 90-an yang kemudian difilmkan dan dirilis pada 29 November 2018 yang lalu.

Film Keluarga Cemara menjadi salah satu film yang berhasil menyabet berbagai penghargaan sekaligus mendapat pujian dari kritikus film.


Film tersebut juga mengisyaratkan bahwa sebaik-baik tempat kembali adalah bersama keluarga. Keluarga menjadi tempat ketika seseorang membutuhkan sandaran setelah lelah dengan problematika hidup. Apa yang ditampilkan dalam film Keluarga Cemara mampu menyihir penonton akan hangatnya sebuah keluarga.


Haluniasi bagi Toxic Familiy


Namun berbeda dengan korban toxic family. Bagi mereka, kehangatan keluarga hanyalah bayang-bayang semu yang mustahil terwujud. Toxic family mengindikasikan bahwa ada relasi tak sehat antar anggota keluarga dan secara umum korban nya adalah anak-anak.


Sayangnya, toxic family sering tidak disadari oleh pelaku ataupun korban. Hal-hal seperti perasaan tak nyaman berada di sekitarnya, sering bertengkar untuk hal sepele, terlalu membatasi ruang gerak anak, orang tua yang anti kritik, bahkan melakukan kekerasan adalah tanda bahwa adanya toxic family.


Jika kondisi tersebut terus menerus dibiarkan, maka tak mungkin korban mengalami guncangan psikis nya. Dilansir dari Jurnal Family Medicine and Disease Prevention tahun 2017 bahwa anak korban toxic family cenderung tumbuh dewasa dengan merusak dirinya, mudah emosional dan memiliki trust issue dalam relasi.


Ketika kita baru menyadari bahwa selama ini terjebak dalam lingkaran tersebut, tentu saja tidak ada kata terlambat untuk segera bergegas keluar dan menikmati hidup bahagia. Kita bisa memulai nya dengan tidak ikut campur dalam urusan sensitif, bersikap diam dan mengurangi interaksi, serta memberi sumbangsih cukup seadanya.


Jika hal-hal tersebut masih kesulitan untuk kita jangkau, konsultasi bersama psikolog bisa menjadi pilihan agar membantu kita memutus rantai dalam toxic family. Karena bagaimanapun juga, kebahagiaan diri kita sendiri lah yang tetap menjadi prioritas di atas segalanya.

93 views0 comments

Comments


bottom of page