top of page
Writer's pictureGenius Media

Krisis Sosial dan Tarian Lengger Lanang

Updated: Jun 8, 2019

Penulis: Siti Tania Arfadila

Editor: Rafidah Alta Nefi

Para penari Tarian lengger Lanang (Sumber: My Image)

Selain pemilu, ternyata ada satu hal yang membuat heboh masyarakat kita yaitu pro kontra film kucumbu tubuh indahku. Film garapan Garin Nugroho ini ramai diboikot oleh sekelompok orang dengan jumlah petisi yang ditandatangani sebanyak 102.098. Pasalnya, beberapa bioskop memutuskan untuk menurunkan film ini selepas 6 hari penayangannya. Ada satu hal menarik dari film ini, yaitu fenomena tari lengger lanang. Tapi, apakah kamu sudah mengenal lebih jauh dari tarian ini?

1. Maestro Tari Lengger Lanang

Bagi masyarakat Banyumas, tentu nya sudah tidak asing dengan nama Dariah. Sosok maestro yang mengabdikan hidup nya kepada kesenian lengger lanang sejak zaman pendudukan Jepang di Indonesia yaitu tahun 1940. Dedikasi nya ini yang mengantar nya mendapatkan penghargaan Anugerah Payung Indonesia dari bupati Banyumas serta penghargaan sebagai Maestro Seniman Tradisional oleh presiden Soesilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2011. Sang Maestro memang telah tiada, namun jejak nya tetap abadi diturunkan pada generasi nya seperti Rianto yang memiliki cita-cita membangun museum Lengger Lanang

2. Lahir Dari Tradisi Pemujaan Dewi Kesuburan

Lengger lanang jelas bukan budaya baru karena tradisi ini telah dipraktikkan sejak ratusan tahun yang lalu. Tidak sembarang orang bisa benar-benar menghayati tarian ini. Butuh proses yang panjang dan berliku. Hal ini dapat dilihat dari persiapan sebelum menari seperti berpuasa, bertapa di tempat keramat, bahkan ada ritual khusus seperti tidur di depan pintu setiap malam Selasa dan Jum’at Kliwon. Ada pula yang mengatakan bahwa para penari wajib melakukan puasa mutih alias tidak makan apapun kecuali nasi sekepal dalam sehari.

3. Diskriminasi dan Kecaman Sosial

Meski tarian ini telah ada sejak zaman Majapahit, namun keberadaannya tidak serta merta mudah diterima di era sekarang. Stigma yang masih mengakar dari era orde baru turut menjadi pemicu terkikisnya lengger lanang. Selain itu, mereka kerap tak mendapat pengakuan sosial karena diduga membawa faham LGBT. Diskriminasi inilah yang mengakibatkan penari lengger lanang semakin menipis. Selain tekanan dari lingkungan, krisis identitas juga kerap dialami oleh pegiat seni tersebut.

93 views0 comments

Comments


bottom of page