Sudah terhitung 8 hari sejak dinyatakan hilangnya salah satu jurnalis senior asal Arab Saudi Jamal Kashoggi yang terakhir diketahui tengah mengurus administrasi bersama tunangannya di Konsulat Arab Saudi untuk Turki. Jurnalis berumur 59 tahun tersebut seperti dilansir dari koran Washington Post pada 6 Oktober 2018, diduga telah disiksa hingga dibunuh oleh yang disebutkan pihak kepolisian Turki tersebut ialah 15 orang tim pembunuh yang didatangkan langsung dari Arab Saudi, lalu kemudian mayatnya dibawa keluar dari konsulat dan entah kemana perginya hingga kini.
Pendapat tersebut diperkuat oleh rekaman video yang diperoleh pihak kepolisian, serta mengingat aktivitas Jamal yang selain masih menjadi kontributor untuk Washington Post tersebut kerap mengkritisi kebijakan negeri asalnya sendiri yang terbilang absolut terutama masalah intervensi negara tersebut di Yaman.
Menanggapi kasus hilangnya jurnalis ini Pangerah Muhammad bin Salman mengklaim telah mengirim tim investigasi dari Arab Saudi untuk menyelidiki hilangnya jurnalis yang pernah berdialog dengan Osama Bin Laden ini, serta mempersilahkan Kepolisian Turki untuk melakukan penyelidikan pula di kawasan Konsulat. Harapan ditemukannya titik terang dari kasus ini tidak hanya diharpakn serta diungkapkan oleh mereka yang bersimpati pada Jamal tetapi juga pemimpin negara seperti Presiden Turki Recep Tayip Erdogan yang menyatakan bahwa pihak Kerajaan Saudi Arabia perlu transparan dalam menyelidiki kasus ini, hingga Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengklaim akan berkonsentrasi pada hilangnya jurnalis yang sejak 2017 telah berstatus sebagi warga negara Amerika Serikat.
Bila pernyataan ini terbukti benar, Arab Saudi telah menambahkan catatan hitam atas tindakan represifnya terhadap jurnalis beberap tahun belakangan ini. Sebelumnya dilansir dari situs rsf.org, Arab Saudi dianggap bertanggung jawab atas menghilangnya Jurnalis asal Yaman Marwan Al Muraisy yang dinyatakan hilang sejak ia ditangkap di rumahnya pada 1 Juni 2018. Menurut kelompok hak asasi manusi setempat, Marwan terbilang cukup aktif mencuitkan banyak kritik di akun Twitter-nya yang diikuti oleh 100.000 pengikut.
Situs ini pula mengatakan, Arab Saudi yang tercatat pula telah mengkap sekitar 25-30 orang yang merupakan jurnalis baik professional maupun non-profesional dan juga penulis blog, menempati peringkat ke 169 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Tahun 2018 versi RSF.
Siapakah itu Jamal Kashoggi?
Meskipun bukan jurnalis asal Arab Saudi pertama yang dinyatakan hilang secara sengaja, tetapi perjalanan hidupnya cukup menarik untuk disimak. Karirnya sebagai seorang jurnalis dimulai ketika putra kelahiran Madinah 13 Oktober 1958 ini ,baru saja lulus gelar sarjana administrasi bisnis dari Indiana State University pada 1982. Jamal kemudian bergabung sebagai koresponden bagi media massa Arab Saudi yang berbahasa Inggris bernama Saudi Gazette serta asisten manajer koran berhaluan Liberal Okaz dari 1985 sampai 1987, sebelum sempat menjadi manajer regional Toko Buku Tihama dari 1983 hingga 1984.
Ketika Jurnalis yang sekitar 1991 hingga 1999 pernah menjadi koresponden di Afganistan atas tugas dari Agensi Intelijen Arab Saudi atau GID ini menjadi Editor Kepala untuk Koran Al Watan pada 2003, pengaruh kaum rohaniwan dalam pemerintahan Arab Saudi yang cukup intens menjadi sasaran kritiknya hingg akhirnya mendapat surat pemecatan.Tidak lama setelah itu, Jamal mengungsi ke Inggris guna memperoleh suaka, tetapi kemudian id a ditempatkan sebagai penasihat media untuk Pangeran Turki bin Faisal bin Abdulaziz Al Saud yang kemudian menjadi Duta Besar Arab Saudi di Amerika Serikat.
Jamal lalu kembali ke Al-Watan sebagai Editor Kepala pada 2007, namun berselang 3 tahun kembali keluar yang dinyatakan oleh media massa tersebut disebabkan tengah fokus untuk proyek pribadinya, meski ada kabar bahwa pengunduran dirinya ialah akibat daripada artikelnya mengkritisi hukum Islam yang begitu ketat di Arab Saudi.
Seorang pebisnis sekaligus anggota keluarga kerajaan Arab Saudi yang oleh majalah Time sebagai salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, Pangeran Al-Waleed bin Talal, mengangkat Jamal sebagai direktur Saluran televisi Al-Arab News di Bahrain pada 2010, Setelah itu Jamal sering diundang sebagai komentator politik baik di media Arab Saudi maupun Internasional seperti Al-Jazeera, BBC, Dubai TV, dan MBC.
Menjalani karinya sebagai komentator politik, Jamal pernah mengkritik otoritas Internasional yang meloloskan Israel untuk membangun pemukiman di wilayah Palestina dengan cara penggusuran hingga pengeboman rumah-rumah milik penduduk disana ketika di acara BBC Newshour, hingga kritiknya terhadap Donald Trump yang saat itu baru terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat pada 2016
Penulis: Muhammad Dzauhar Azani
Comentarios