Oleh: Siti Tania Arfadila
Editor: M. Dzauhar
Storytelling adalah sebuah bagian dari aktifitas komunikasi, yang sejatinya menuangkan ide, buah pikiran, atau pesan tentang kisah hidup dan berbagai kejadian secara lisan. Ada banyak kekuatan yang dihasilkan dari story telling.
Hormon oxytocyn yang sering disebut hormon cinta memunculkan empati dan membuat pendengar fokus pada cerita dan sang pencerita. Dari sinilah yang akhirnya membuat pendengar dan pencerita memiliki gelombang yang sama atau satu hati.
Tapi pernahkah terlintas dalam benak kita, untuk mengetahui sisi-sisi kehidupan seseorang di sekitar kita bahkan di penjuru dunia tentang sisi suka dan duka yang telah di lewati? Dengan harapan memberi energi baik untuk keberlanjutan hidup kita berikutnya. Hal inilah yang menjadikan beberapa manusia hebat ini membuat proyek sosial melalui story telling.
1. Brandon Stanton (Founder Humans Of New York)
Brandon Stanton adalah orang hebat dibalik akun Humans of New York. Jika kalian mengikuti akun tersebut di Instagram atau Facebook, pastinya akan mengetahui variasi cerita yang dilalui orang-orang di jalanan New York dengan berbagai macam profesi nya.
Brandon Stanton, pria yang berusia 35 tahun ini adalah lulusan program studi Sejarah di University of Georgia, Athens, Amerika Serikat. Lahirnya Humans of New York berawal dari ketidaksengajaan nya dalam mendokumentasikan kisah-kisah orang yang ia temui. Selepas dipecat dari pekerjaannya sebagai bond trader di Chicago, Brandon pun memutuskan untuk pindah ke New York.
Baginya, New York adalah kota dengan manusia - manusia paling beragam di dunia. Brandon menyusuri jalanan New York untuk mengabadikan profil manusia yang ia temui. Tentu saja, kebiasaannya ini ditentang oleh orang sekitarnya.
Karena dianggap mengambil foto orang yang tidak dikenal dan bertanya tentang kisah mereka untuk diposting di media sosial bukan pekerjaan sesungguhnya. Dari idenya itu, akhirnya lahirlah 3 buku yang berjudul Humans of New York, Little Humans of New York dan Humans of New York Stories. Ia juga dinobatkan majalah TIME sebagai salah satu dari 30 orang di bawah usia 30 tahun yang berhasil mengubah dunia menjadi lebih baik.
2. Rhaka Ghanisatria (CEO dan Founder Menjadi Manusia)
Dewasa ini, salah satu podcast spotify dan channel youtube yang banyak dinikmati oleh orang-orang adalah Menjadi Manusia. Menjadi Manusia adalah platform digital buat siapapun yang ingin mendengar berbagai macam sudut pandang dari orang lain, wadah bagi siapapun yang ingin berbagi cerita nya serta menyebarkan perspektif dan positivity dari berbagai sudut pandang.
Dan otak dibalik Menjadi Manusia adalah Rhaka Ghanisatria. Didiagnosa menderita ADHD atau Attention Defisit Hyperactivity Disorder membuat tubuh serta otaknya terus menerus bekerja tanpa henti selama 24 jam.
Melewati pengalaman pahit yang pernah mengonsumsi tembakau gorila demi kesembuhan penyakit nya sampai harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa menjadi motivasi tersendiri untuk membuat hidup nya lebih bermakna.
Filosofi unik dibalik logo Menjadi Manusia yang diakhiri tanda koma ini memiliki makna bahwa sejatinya manusia akan terus berproses, gagal, lalu bangkit lagi. Hidup akan terus berjalan sampai benar-benar menemukan titik nya yaitu maut. Begitupun dengan Rhaka, cerita di masa lalu nya menjadi inspirasi bagi nya hingga ia bisa menjadi pembicara di ajang bergengsi yaitu Tedx yang diselenggarakan di Universitas Prasetya Mulya.
3. Trivet Sembel (Founder Proud Project)
Jika diperhatikan, sekilas Proud Project memang mirip dengan Humans of New York karya Brandon Stanton. Proud Project yang didirikan pada pertengahan Agustus tahun 2016 sebagai proyek sosial ini hadir untuk menggambarkan cerita utuh masyarakat lokal di pelosok Nusantara.
Berbagai kalangan pun turut menghiasi platform ini. Dari mulai pedagang asongan, buruh parkir, sopir angkot sampai jurnalis Najwa Shihab. Trivet percaya bahwa setiap orang menyimpan kisahnya masing-masing yang tidak hanya kisah suka dan inspiratif, tapi juga kisah duka yang mampu memberi harapan untuk menggerakkan orang lain.
Ide proyek ini ditemukan kala itu ketika Trivet menempuh study di Amerika Serikat. Ia yang dihampiri oleh warga Amerika, sontak terkejut karena mendapat stigma bahwa orang Indonesia adalah second class citizen.
Hal itu membuatnya tergerak untuk bisa menghapus stigma tersebut dan mencoba mengajak masyarakat Indonesia yang ia temui untuk melawan batas dari dalam dirinya. Memang, adanya Proud Project tentu tak serta merta menghapus stigma secara keseluruhan, namun tekad nya secara bulat yakin bahwa ia bisa mengubah dunia melalui hal-hal kecil.
Sempat merasa putus asa karena melakukan proyek seorang diri, kini Proud Project bisa dinikmati oleh 146 ribu followers Instagram.
Comments