top of page
Writer's pictureGenius Media

Minimnya Ilmuwan Perempuan Indonesia

Reporter: Syifa Uhayatun

Editor: M.Dzauhar



Ilustrasi Ilmuwan Perempuan (Sumber: Detik.com)

·Jumlah perempuan yang terjun dalam dunia sains dan berkarier sebagai peneliti bisa dibilang sangat rendah. Dilansir dari Suara.com, menurut data dari UNESCO jumlah mahasiswa perempuan Indonesia yang lulus dari bidang sains mencapai angka 52 persen, namun angka mahasiswa perempuan tingkat doktor menurun, hanya ada sebesar 35 persen.


Artinya, perempuan Indonesia yang yang melanjutkan karier dan studi di bidang sains masih sedikit. Jumlah ilmuan perempuan Indonesia tercatat hanya 31 persen dari jumlah total seluruh ilmuan di Indonesia. Sementara itu, jumlah ilmuan perempuan di dunia hanya 28 persen dibandingkan ilmuan laki-laki.


Masih ada persepsi bahwa sains bukanlah dunia yang ramah untuk perempuan karena tidak adanya jam kerjanya yang tetap. Selain itu, persepsi dalam masyarakat yang menunjukkan bahwa dunia penelitian dan keluarga tidak dapat berjalan beriringan sehingga itu menjadi salah satu hal yang membuat tingkat perempuan sebagai ilmuan sangat rendah.


Menurut Ketua Harian KNIU Kemdikbud, Prof. Dr. Arief Rachman, dengan banyaknya perempuan yang berperan dalam dunia sains, tidak hanya dapat menjawab masalah ketimpangan gender tetapi juga memastikan riset yang diproduksi benar-benar terbaik dan telah mempertimbangkan berbagai hal berbagai hal yang mungkin dulu dikesampingkan seperti jenis kelamin, sehingga penelitian yang dilakukan bisa bersifat inklusif dan juga bermanfaat untuk semua orang.


Dilansir dari Kumparan, adanya kesetaraan gender dalam dunia sains sangat diperlukan karena pemikiran dari sudut pandang perempuan dapat memperkaya sudut pandang dalam bidang sains. Sehingga dapat mendorong inovasi untuk mengatasi masalah perempuan dan mencegah munculnya pandangan sains yang bias gender.


Dibuktikan erdapat beberapa peneliti perempuan Indonesia yang mendapat penghargaan L’Oreal-UNESCO For Women in Science (FWIS) National Fellowship Awards pada tahun 2017, dua diantaranya yaitu mengembangkan alat deteksi dini kanker.


Pertama adalah Dr. Siti Nurul Aisyiah Jenie, mengembangkan sebuah alat untuk mendeteksi kanker mulai dari stadium awal. Kedua adalah Dr. Yuliati Herbani yang mengembangkan terapi kanker yang didasarkan pada tiga hal, kunyit, emas, dan laser.


Untuk mengatasi ketimpangan gender dalam sains, upaya yang dilakukan salah satunya adalah dengan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan diselenggarakannya berbagai program pendanaan penelitian khusus untuk perempuan, seperti yang dilakukan oleh L’Oreal-UNESCO for Women in Science.

56 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page